Banyak informasi menyesatkan beredar di masyarakat perihal pemberian MPASI. Tak jarang, ini membuat orangtua galau. Dan salah satu yang paling sering dipertanyakan adalah soal pemberian gula dan garam ke dalam menu MPASI. Nah, supaya terbebas dari mitos-mitos menyesatkan, mari simak pendapat dokter tentang pemberian gula dan garam untuk MPASI berikut ini!
Sebelum mengenal MPASI, bayi hanya terbiasa dengan ASI sehingga mau tak mau mereka perlu beradaptasi dengan rasa dan tekstur yang baru. Sayangnya, perubahan signifikan ini seringkali membuat si kecil kesulitan bahkan menolak makan.
Menjawab pertanyaan soal penambahan gula dan dan garam dalam MPASI untuk meningkatkan selera makan anak, dr. Imelda Pingkan M.,P, Sp.A, menjelaskan bahwa penggunaan gula dan garam dalam MPASI memang dibatasi tapi tidak dilarang.
"Dibatasi bukan sama sekali tidak boleh. Boleh diberikan jika itu membuat anak mau mencicipi makan. WHO (juga) tidak menyatakan pelarangan garam dan gula. Namun, sebaiknya memang digunakan sesedikit mungkin," ungkapnya dalam sebuah live streaming.
Tapi kalau nafsu makan anak sudah baik dan pertambahan berat badannya normal meski MPASI-nya tidak diberi tambahan gula maupun garam, maka itu pun bukan masalah. Sebab penambahan gula dan garam bukan sebuah keharusan.
"Boleh kok pakai gula dan garam (dalam MPASI), asal secukupnya. Tapi, kalau anaknya dikasih makanan yang tanpa tambahan gula garam mau, nggak apa-apa nggak usah dikasih. Tapi kalau nggak suka, bisa kita tambahkan secukupnya," kata dr. Lucia Nauli Simbolon Sp.A dari RSAB Harapan Kita senada dengan dr. Imelda.
BACA JUGA: FINGER FOOD BANTU LATIH SENSORIK ANAK : KENALI JENIS & TIPSNYA
Batas konsumsi garam pada anak-anak tentu berbeda dengan orang dewasa. Semakin muda, semakin sedikit pula takaran garam yang direkomendasikan. Sayangnya, dr. Dyan Hes dari Gramercy Pediatrics di New York City mengatakan bahwa banyak orangtua yang tak sadar jika anaknya mengonsumsi garam berlebih.
"Saya berpikir bahwa orangtua tidak sengaja memberikan anak-anak mereka garam. Mereka tidak menyadari berapa banyak garam yang ada dalam makanan," katanya Hes.
Padahal penggunaan garam untuk MPASI secara berlebihan diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan kronis, seperti obesitas, ketidakseimbangan elektrolit, gagal ginjal, hipertensi, stroke, hingga penyakit jantung pada usia muda.
Selain itu, bayi yang sudah "ketagihan" garam juga cenderung memiliki preferensi terhadap rasa asin. Padahal berapapun usianya, mengonsumsi garam berlebih tidak akan baik untuk kesehatan.
Setelah memahami bahaya mengonsumsi garam berlebih, Anda mungkin sekarang penasaran kira-kira jenis garam apa yang paling baik untuk MPASI.
Mengutip penjelasan dari dr. Andrew Weil M.D, profesor kedokteran dari Universitas Arizona, Amerika Serikat, pada dasarnya semua garam itu sama.
"Pada dasarnya, garam adalah garam. Tidak peduli apa namanya, semuanya mengandung jumlah natrium yang sama berdasarkan volume," ungkapnya.
Namun melihat persentase kandungan di dalamnya, dr. Weil lebih menyarankan orangtua untuk memilih garam laut.
"Sebisa mungkin batasi jumlah konsumsi garam, terutama pada bayi dan anak-anak. Orangtua bisa memilih garam laut yang tidak dimurnikan maupun diberi bahan tambahan seperti senyawa aluminium untuk mencegah penggumpalan," imbuhnya.
Alasannya karena garam laut memiliki rasa yang lebih kuat sehingga orangtua bisa menggunakan lebih sedikit garam untuk membumbui makanan.
dr. Weil juga berpesan agar orangtua lebih waspada saat memilih garam yang dijual di pasar atau supermarket sebab banyak di antaranya yang tidak sepenuhnya alami dan mengandung tambahan zat kimia tertentu. Karena itu, selalu periksa label nutrisi dengan cermat untuk mengetahui dari mana asalnya dan apa saja kandungannya.
Syukurlah sudah ada Pura Sea Salt yang 100% diproses secara alami tanpa melalui proses rafinasi dan bebas zat kimia tambahan sehingga menghasilkan garam dengan kualitas terbaik yang rendah natrium tapi kaya mineral. Jadi tenang deh pakai Pura Sea Salt untuk MPASI si kecil!