Kunci Sukses Resolusi Tahun Baru: Bangun Kebiasaan dengan Kindness
A way to be a Better Self (II) - 08/01/22
Januari sudah masuk minggu ke-2, pastinya masih semangat dong untuk menjalani resolusi tahun baru? Semoga semangatnya tetap terjaga hingga menjadi a better self ya!
Karena dalam sebuah penelitian sebagian besar orang gagal menjalani resolusi tahun baru. Sebabnya, mereka terlalu keras pada dirinya sendiri sehingga merasa tertekan dan melunturkan semangat. PURA Family pasti tidak mau kan mengalami hal semacam ini?
Lalu harusnya bagaimana untuk tetap menjaga semangat untuk menjalankan resolusi tahun baru?
Perlakukan dirimu sendiri seperti sahabat terdekat
Mungkin kita ketika merasakan kegagalan atau menyadari kekurangan kita sendiri akan mengumpat diri sendiri mengapa kita seperti itu. Tidak bisa lebih baik seperti orang-orang di luar sana. Lalu ketika ingin berubah tidak mendapat hasil yang cepat dan bagus, maka kita lebih mengutuk diri sendiri seperti kita tidak akan berhasil. Maka resolusi tahun baru hanya list saja yang tidak akan pernah kita lakukan.
Dr. Kristin Neff dalam bukunya Self-Compassion mengatakan daripada seperti itu, lebih baik kita menyikapi diri seperti sahabat terdekat. Maksudnya, memperlakukan diri dengan kepedulian, kebaikan dan kasih sayang yang sama seperti saat menyikapi seseorang yang sangat berarti dalam hidup kita. Seperti sahabat karib kita atau seseorang yang kita cintai.
Self-kindness merupakan sikap terpenting pada penyikapan seperti ini. Di sini kita akan memahami dan menerima dasar kemanusiaan bahwa manusia tidak sempurna dan semua orang memiliki sisi yang tidak sempurna dalam hidupnya. Maka ketika menyadari kekurangan diri dan mengalami kegagalan, seperti sahabat baik kita, kita tidak akan mencaci maki diri kita sendiri, membandingkan diri kita dengan perolehan orang lain dan meruntuhkan kepercayaan diri kita sendiri.
Sebaliknya, kita akan hadir sebagai orang yang supportive bagi diri sendiri, menerima kekurangan untuk melangkah menjadi diri yang lebih baik, dan meningkatkan rasa percaya diri. Sehingga perjalanan menuju a better self dapat dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, bukan stressful dan penuh tekanan.
Choose self-compassion over self-criticism
Secara tidak sadar kita terperangkap dalam self-criticism atau self-judgement yang menghalangi kita untuk melangkah lebih jauh. Seperti yang diungkapkan Tara Brach dalam bukunya Radical Acceptance, sering kali kita mendengarkan inner critic kita yang selalu mengatakan bahwa apapun yang kita lakukan tidak akan pernah cukup. Apapun yang kita lakukan kita akan gagal. Sikap seperti ini membuat kita takut dan ragu untuk melangkah.
Inner critic ini akan selalu mengoreksi segala sesuatu yang kita lakukan. Sehingga ketika kita melakukan sesuatu yang baik, bukannya merayakannya, malah kita bertanya pada diri sendiri apakah ini cukup? Begitu juga ketika melakukan resolusi tahun baru, inner critic kita akan mengatakan apakah ini bisa membuatmu berubah? Apakah ini cukup untuk diterima orang?
Kita tidak perlu terperangkap dalam sikap seperti itu, karena kita semua mempunyai kunci untuk keluar dari perangkap tersebut, yaitu, self-compassion. Self-compassion berarti memperlakukan diri kita dengan baik dan penuh hormat. Sehingga kita melakukan perjalanan untuk menjadi a better self bukan karena kita merasa tidak cukup pada diri kita sendiri. Namun, karena kita layak untuk mendapatkan yang terbaik dan melakukan yang terbaik.
Make it fun
Kadang-kadang kita terlalu sibuk menentukan tujuan sehingga lupa untuk bersenang-senang dalam prosesnya. Menurut Anna F. Downs pada bukunya That Sounds Fun semakin kita dewasa kita semakin kehilangan kemampuan untuk bersenang-senang seperti kita masih kanak-kanak. Hal ini terjadi karena kita tidak terbuka untuk mengalami pengalaman sepenuhnya. Karena kita menentukan standar terlalu tinggi di setiap hal yang kita lakukan sehingga kegiatan itu menjadi berat karena harus mencapai sesuatu.
Padahal menurut Abraham Maslow di bukunya Toward a Psychology of Being bersenang-senang dan keterbukaan pada pengalaman adalah sumber dari kreatifitas. Maslow mengatakan bahwa kreativitas adalah salah satu kunci utama untuk mengaktualisasi diri. Pada diri seseorang yang kreatif, kondisi yang menantang akan dilihat sebagai kesempatan untuk mengekspresikan kreativitas bukan kritik yang sinis hingga mencari alasan untuk meninggalkan kondisi tersebut.
Maka, bersenang-senang dapat meningkatkan kreativitas yang mampu menumbuhkan resilience dalam diri sehingga kondisi seperti apa saja dipandang sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri.
What next..
Nah, setelah punya mindset yang tepat yaitu menjadikan dirimu sendiri sahabat, memilih self-compassion daripada self-criticism hingga bersenang-senang maka sudah saatnya menata kebiasaan. Dalam buku Daily Rituals - Mason Currey dijelaskan bahwa tokoh-tokoh ternama di dunia memiliki kebiasaan yang selalu dipegang.
Meskipun kebiasaannya bermacam-macam dan juga banyak yang destruktif dan tidak dianjurkan untuk ditiru. Intinya untuk meraih sesuatu yang besar perlu usaha setiap hari sedikit demi sedikit secara konsisten sehingga mendapat hasil yang besar.
Build your Habits
Maka untuk bertemu dengan better self kita perlu kebiasaan yang ditata dan dilakukan secara rutin. Seperti yang diungkapkan di Atomic Habits - James Clear bahwa untuk melakukan perubahan besar tidak perlu melaksanakan revolusi besar-besaran. Hanya perlu melakukan perubahan kecil pada kebiasaan kita dan diulangi berkali-kali maka akan menjadi kebiasaan yang mengantar pada hasil yang besar. Berikut ini cara mengganti atau memperbaiki kebiasaan menurut Clear di Atomic Habits:
Pertama, perubahan kecil di lingkunganmu dan niat sedetail mungkin.
James Clear memberi contoh jika PURA Family ingin memakan snack yang lebih sehat maka ketika bekerja tidak ada makanan tidak sehat di meja kerja. Hanya makanan sehat seperti buah-buahan yang ada di meja kerja. Dan untuk menjangkau buah-buahan itu tidak sulit maka akan membuat kita tidak punya pilihan lain selain memakan buah-buahan itu.
Selain itu, implementation intentions yakni niat mengerjakan sesuatu dengan jelas secara waktu dan di mana kita akan melaksanakan kebiasaan yang ingin kita lakukan. Misalnya ketika berniat untuk berlari lebih banyak kita harus mempunyai intensi yang jelas. Daripada berbicara pada diri sendiri seperti “Aku akan berlari lebih sering,” diganti dengan “Pada hari senin, rabu, jumat ketika alarm berhenti, hal pertama yang akan aku lakukan adalah memakai sepatu lariku dan berlari sejauh 4 km,”
Kedua, anticipation of reward.
Otak kita akan mendapat a hit-of feel-good dopamine ketika sedang mengantisipasi sebuah hadiah atau aktivitas yang bakal memuaskan. Maka jika kita ingin melakukan sesuatu tapi merasakan kemalasan mendalam, menjanjikan dirimu sendiri hadiah setelah melakukan hal itu dapat membuatmu dengan senang hati melakukan hal itu.
Misalnya, PURA Family tahu bahwa PURA Family harus lebih sering masak sehat di rumah tapi PURA Family tidak menikmati kegiatan itu. PURA Family lebih memilih nonton drakor saja dan memesan makanan melalui ojek online. Maka agar kedua kegiatan itu dapat dilaksanakan PURA Family menetapkan diri untuk dapat melihat drakor hanya ketika sudah memasak makanan di rumah.
Ketiga, two minutes rules.
Ketika PURA Family sudah mulai lelah untuk berkomitmen dengan kebiasaan baik PURA Family maka two minutes rule ini dapat dicoba. Intinya awali aja dulu tanpa berpikir harus melakukan sesuatu. Misalnya PURA Family sudah mulai malas untuk memasak di rumah. Paksa diri untuk memotong empat siung bawang saja nanti pada akhirnya akan membuat PURA Family mulai memasak satu resep.
Terakhir, menjadikan kebiasaanmu memuaskan.
Mengubah kebiasaan itu terkadang melelahkan karena harus menjaga konsistensi. Maka ketika sudah mulai lelah perlu kepuasaan yang berhubungan dengan kebiasaan baru dengan cepat.
Seperti dicontohkan di Atomic Habits ada sepasang penulis yang ingin memasak lebih banyak di rumah, menjadi lebih sehat dan lebih banyak menabung. Mereka membuka tabungan yang dinamai “Trip to Europe,” maka setiap mereka berhasil tidak memakan di luar mereka mentransfer $50 ke akun tabungan mereka. Dengan begitu mereka langsung mendapatkan kepuasan dengan cepat.
Jadi, dengan menata mindset dan kebiasaan, PURA Family akan lebih mudah mencapai resolusi tahun baru karena adanya pondasi yang kuat. And lastly, always remember to enjoy every process to become your better self!