Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi serius yang terjadi ketika tekanan darah di pembuluh darah melebihi batas normal. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tekanan darah dikatakan tinggi ketika tekanan sistolik (tekanan saat jantung memompa darah) melebihi 140 mmHg dan tekanan diastolik (tekanan saat jantung beristirahat di antara detakan) lebih dari 90 mmHg.
Kondisi ini sering kali tidak menimbulkan gejala yang jelas, sehingga dikenal sebagai "silent killer." Banyak orang baru mengetahui bahwa mereka mengidap hipertensi setelah mengalami komplikasi seperti serangan jantung atau stroke.
Bagi mereka yang memiliki riwayat hipertensi, salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah pola makan, terutama konsumsi garam. Garam, atau lebih tepatnya kandungan natrium di dalamnya, berperan penting dalam mempengaruhi tekanan darah. Lalu, apakah orang dengan riwayat hipertensi boleh mengkonsumsi garam?
Garam yang kita konsumsi sehari-hari sebagian besar terdiri dari natrium, mineral yang diperlukan tubuh untuk menjaga keseimbangan cairan. Namun, ketika natrium dikonsumsi dalam jumlah berlebih, hal ini dapat menyebabkan tekanan darah meningkat. Mengapa hal ini terjadi?
Natrium berfungsi mengikat air dalam tubuh. Ketika kadar natrium dalam sel-sel tubuh meningkat, tubuh akan menahan lebih banyak cairan. Ini akan menambah volume darah yang harus dipompa oleh jantung, sementara diameter pembuluh darah tetap sama. Akibatnya, tekanan dalam pembuluh darah meningkat, dan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini tidak hanya memperburuk hipertensi, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Selain itu, konsumsi garam yang tinggi juga membebani kerja ginjal. Ginjal bertugas untuk menyaring darah dan mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan, termasuk natrium. Namun, jika kadar natrium terlalu tinggi, ginjal kesulitan untuk mengeluarkannya, sehingga tekanan darah akan semakin meningkat. Oleh karena itu, penting bagi penderita hipertensi untuk membatasi konsumsi garam.
Menurut rekomendasi medis, asupan natrium harian idealnya dibatasi hingga 2 gram per hari, yang setara dengan sekitar 5 gram atau satu sendok teh garam dapur. Namun, bagi penderita hipertensi, batasannya bahkan lebih rendah lagi. Disarankan untuk membatasi konsumsi natrium hingga 1,5 gram per hari, yang setara dengan sekitar 3,5 hingga 4 gram garam.
Walaupun tidak semua penderita hipertensi memiliki sensitivitas yang sama terhadap natrium, mengurangi asupan garam dapat membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko komplikasi seperti penyakit kardiovaskular.
Sumber natrium dalam makanan tidak hanya berasal dari garam dapur yang kita tambahkan saat memasak atau makan. Banyak produk olahan yang dijual di pasaran mengandung garam dalam jumlah tinggi sebagai bahan pengawet.
Makanan seperti daging olahan (sosis, nugget), makanan kaleng, camilan kemasan, dan makanan instan seringkali mengandung natrium dalam jumlah tinggi. Bahkan makanan yang diasinkan atau diasap, seperti ikan asin atau daging asap, juga bisa menjadi sumber garam berlebih yang tidak disadari.
Selain itu, makanan yang diasinkan atau difermentasi, seperti acar, juga dapat mengandung natrium tinggi. Oleh karena itu, penting bagi penderita hipertensi untuk cermat membaca label nutrisi pada kemasan makanan dan menghindari produk dengan kadar garam yang tinggi.
BACA JUGA: Manfaat Garam untuk Menurunkan Hipertensi
Bagi penderita hipertensi, mengurangi konsumsi garam adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:
Mengelola konsumsi garam sangat penting bagi penderita hipertensi untuk menjaga kesehatan jantung. Memilih garam yang lebih rendah natrium dan menjalani pola makan sehat dapat membantu mengontrol tekanan darah.
Salah satu pilihan yang aman adalah Pura Sea Salt, yang memiliki keunggulan:
Pura Sea Salt adalah pilihan alami yang lebih aman dan menyehatkan bagi penderita hipertensi.